Senin, 29 April 2013

PERDUKUNAN DALAM GLOBALISASI



PERDUKUNAN DALAM GLOBALISASI

   Terdengar agak aneh memang dengan judul dari postinganku kali ini..tapi kalo dilihat memang benar juga ya di zaman sekarang ini yang sering dibilang zaman modern atau era globalisasi perdukunan masih eksis ya sampai sekarang, bahkan bagi negara Indonesia sendiri perdukunan sudah tidak aneh lagi dari zaman baheula kata orang sunda bilang perdukunan itu makin tenar aja sampai sekarang. kenapa bisa begitu yaa?? padahal khan sekarang ini udah zaman modern yang orang-orang itu sudah bergantung pada IPTEK, tapi semua itu tidak menghapuskan rasa penasaran kebanyakan orang dengan sekedar bertanya kepada "dukun" atau orang pintar atau paranormal tentang kehidupan pribadi ataupun kehidupan orang lain bahkan mungkin kehidupan alam dan muka bumi ini. kalo gitu kita lihat sejarah dan informasi lainnya yuk..

Sejarah Perdukunan

Perdukunan dan sihir telah ada sejak zaman Nabi Sulaiman. Syaithan membisikkan kepada orang-orang yahudi bahwa Nabi Sulaiman as memiliki sihir. Akan tetapi Allah menepis isu tersebut dalam firmanNya,
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu ja-nganlah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudarat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudarat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, se-sungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” (QS.Al Baqarah [2] : 102).
Orang-orang Yahudi terus-menerus me-ngajarkan ilmu perdukunan sampai munculnya gerakan Qabbala berasal dari bahasa Ibrani yang artinya Adat Istiadat, tetapi ia sudah bercampur baur dengan sihir dan filsafat Yahudi. Gerakan ini melahirkan banyak Kahin (dukun) di Eropa Barat dan Timur. Pendeta Qabbala biasa merangkap sebagai dukun yang biasa mengobati dengan rabaan tangan David, azimat Solomon dan sebagainya.


Fenomena perdukunan di negeri ini memang sudah berurat dan berakar, bahkan menjadi trend dalam masyarakat kita. Dan yang terbelit dan terperangkap dalam lingkaran syaithan ini mulai dari orang awam sampai para pejabat, rakyat jelata sampai orang berpangkat. Bahkan kalangan “terpelajar” yang mengaku “intelektual” pun menggandrungi fenome-na ini. Mereka menyebutnya dengan orang pintar, paranormal, ahli hikmah, magician, pesulap, mentalis, ilusionis, spiritualis inner power, hiper metafisik, dan sebutan mentereng lainnya namun memiliki hakikat yang sama: yaitu “dukun”. bahkan untuk membuat orang-orang awam percaya terkadang "orang pintar" ini membuat nama yang lebih menyilaukan.

Globalisasi

Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksiyang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.

  Pada  zaman sekarang ini teknologi menunjukkan perkembangan ilmu pengetahuan dan berdampak pada pola perilaku hidup manusia. Realitasnya banyak orang yang ternyata berkeinginan serba “cepat”, “mudah”, dan “murah” dalam segala hal adalah keniscayaan. Namun demikian ternyata ”kemudahan” dan bahkan “kemewahan atau kemegahan” yang ditawarkan teknologi tidak selalu bisa dinikmati atau menghasilkan kenyamanan, keamanan, dan kesehatan, terutama adanya hambatan dalam memperoleh IPTEKS baru tersebut seperti agama, adat-budaya, psikologis atau pola hidup kebiasaan tertentu pada sekelompok masyarakat.
Kata lain Perdukunan atau Balian Usada / Ketabiban merupakan suatu ilmu, karena ada dalam kenyataan sehari-hari, yaitu ada pelakunya dan bisa diajarkan atau ada gurunya, serta ada peminatnya dan ada perkembangannya. Dalam kepercayaan Hindu, seseorang balian berguru waktra sebagaimana dituturkan dalam lontar Bodha Kecapi, Usada Kalimosada, dan Usada Sari. Dalam Islam, Nabi Muhamad SAW berkata yang artinya:  “Islam adalah Ilmiah dan Amaliah” (HR.Imam Bukhari), demikian juga dengan metode pengobatannya yang bersifat fisik dan metafisik. Metafisika (ilmu gaib) di Indonesia berkembang dari kehidupan sosial-budaya dan agama serta aliran kepercayaan (kebatinan) dengan fenomena cukup beragam.  Semuanya diperoleh dengan latihan-latihan tertentu, dimana alam metafisik atau alam gaib itu dapat merasuk ke dalam tubuh yang terdiri dari unsur jasmaniah, unsur akal dan unsur ruhaniah.
Islam jelas sumbernya dari Al Qur’an dan Al Hadist, sedangkan perdukunan sumbernya bisa bermacam-macam, dari puasa, meditasi, bertapa atau datang sendiri (tiban) serta adanya barang-barang gaib seperti keris, permata dan sebagainya. Sukar untuk membedakan antara yang benar dan yang batal karena sama-sama mujarab atau dapat menunjukkan dan menyembuhkan segala penyakit. Seperti sulitnya membedakan antara anak hasil Nikah (benar menurut agama) dan anak hasil Zinah (salah menurut agama/suruhan setan/iblis), sehingga kelihatannya hampir sama.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni dewasa ini telah mengalami kemajuan yang demikian pesat. Sehingga masa kini disebut pula sebagai abad modern dan era global atau abad keterbukaan akibat kemajuan teknologi informasi.
Hasil-hasil teknologi yang menunjukkan perkembangan tersebut ternyata berdampak pada pola perilaku hidup manusia. Banyak orang yang yang ternyata berkeinginan serba “cepat”, “mudah”, dan “murah” dalam segala hal adalah keniscayaan. Namun demikian ternyata ”kemudahan” dan “kemewahan / kemegahan” yang ditawarkan tersebut tidak selalu bisa dinikmati atau menghasilkan kenyamanan, keamanan, dan kesehatan, terutama adanya hambatan dalam mengadopsi IPTEKS baru tersebut seperti adat-budaya, psikologis atau pola hidup kebiasaan tertentu pada sekelompok masyarakat.
Ditinjau dari aspek limbah teknologi, baik berupa sisa material proses pabrikasi, yang dapat dilihat secara kasat mata, maupun dampak operasionalnya yang bisa menimbulkan gelombang-gelombang frekuensi tinggi sehingga dapat menggangu navigasi penerbangan dan bioritmik pemakainya, serta makhluk hidup lain disekitarnya.
Perubahan pola perilaku manusia sebagai dampak dari kemajuan teknologi cukup signifikan. Manusia kini sibuk dengan dirinya sendiri (individual) dan teknologi telah menjadi “mainan”, yang digandrungi dari anak-anak hingga orang tua. Interaksi sosial yang dulu intens dilakukan secara langsung dan total dimana seolah ada suatu ikatan emosional didalamnya terutama pada area publik. Kini sebagaian besar nilai-nilai telah bergeser menjadi area tertutup (privat) dan bersifat parsial serta bersifat profit oriented. Hal ini dimungkinkan dengan adanya teknologi komunikasi, diantaranya adalah internet, handphone selular, dan lainnya.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar