PERDUKUNAN
DALAM GLOBALISASI
Terdengar agak aneh memang
dengan judul dari postinganku kali ini..tapi kalo dilihat memang benar juga ya
di zaman sekarang ini yang sering dibilang zaman modern atau era globalisasi
perdukunan masih eksis ya sampai sekarang, bahkan bagi negara Indonesia sendiri
perdukunan sudah tidak aneh lagi dari zaman baheula kata orang sunda
bilang perdukunan itu makin tenar aja sampai sekarang. kenapa bisa begitu yaa??
padahal khan sekarang ini udah zaman modern yang orang-orang itu sudah
bergantung pada IPTEK, tapi semua itu tidak menghapuskan rasa penasaran
kebanyakan orang dengan sekedar bertanya kepada "dukun" atau orang
pintar atau paranormal tentang kehidupan pribadi ataupun kehidupan orang lain
bahkan mungkin kehidupan alam dan muka bumi ini. kalo gitu kita lihat sejarah
dan informasi lainnya yuk..
Sejarah Perdukunan
Perdukunan
dan sihir telah ada sejak zaman Nabi Sulaiman. Syaithan membisikkan kepada
orang-orang yahudi bahwa Nabi Sulaiman as memiliki sihir. Akan tetapi Allah
menepis isu tersebut dalam firmanNya,
“Dan
mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan
Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal
Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah
yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa
yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan
Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum
mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu ja-nganlah kamu
kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir
itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan
mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudarat dengan sihirnya kepada seorang
pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi
mudarat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, se-sungguhnya mereka telah
meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu,
tiadalah baginya keuntungan di akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka
menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” (QS.Al Baqarah [2] :
102).
Orang-orang
Yahudi terus-menerus me-ngajarkan ilmu perdukunan sampai munculnya gerakan
Qabbala berasal dari bahasa Ibrani yang artinya Adat Istiadat, tetapi ia sudah
bercampur baur dengan sihir dan filsafat Yahudi. Gerakan ini melahirkan banyak
Kahin (dukun) di Eropa Barat dan Timur. Pendeta Qabbala biasa merangkap sebagai
dukun yang biasa mengobati dengan rabaan tangan David, azimat Solomon dan
sebagainya.
Fenomena perdukunan di negeri ini memang sudah
berurat dan berakar, bahkan menjadi trend dalam masyarakat kita. Dan yang
terbelit dan terperangkap dalam lingkaran syaithan ini mulai dari orang awam
sampai para pejabat, rakyat jelata sampai orang berpangkat. Bahkan kalangan
“terpelajar” yang mengaku “intelektual” pun menggandrungi fenome-na ini. Mereka
menyebutnya dengan orang pintar, paranormal, ahli hikmah, magician, pesulap,
mentalis, ilusionis, spiritualis inner power, hiper metafisik, dan sebutan
mentereng lainnya namun memiliki hakikat yang sama: yaitu “dukun”. bahkan untuk
membuat orang-orang awam percaya terkadang "orang pintar" ini membuat
nama yang lebih menyilaukan.
Globalisasi
Globalisasi adalah keterkaitan
dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui
perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksiyang
lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi
semakin sempit.
Pada zaman sekarang ini teknologi menunjukkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan berdampak pada pola perilaku hidup manusia.
Realitasnya banyak orang yang ternyata berkeinginan serba “cepat”, “mudah”, dan
“murah” dalam segala hal adalah keniscayaan. Namun demikian ternyata
”kemudahan” dan bahkan “kemewahan atau kemegahan” yang ditawarkan teknologi
tidak selalu bisa dinikmati atau menghasilkan kenyamanan, keamanan, dan
kesehatan, terutama adanya hambatan dalam memperoleh IPTEKS baru tersebut
seperti agama, adat-budaya, psikologis atau pola hidup kebiasaan tertentu pada
sekelompok masyarakat.
Kata lain Perdukunan atau Balian Usada /
Ketabiban merupakan suatu ilmu, karena ada dalam
kenyataan sehari-hari, yaitu ada pelakunya dan bisa diajarkan atau ada gurunya,
serta ada peminatnya dan ada perkembangannya. Dalam kepercayaan Hindu,
seseorang balian berguru waktra sebagaimana
dituturkan dalam lontar Bodha Kecapi, Usada Kalimosada, dan Usada
Sari. Dalam Islam, Nabi Muhamad SAW berkata yang
artinya: “Islam adalah Ilmiah dan Amaliah” (HR.Imam
Bukhari), demikian juga dengan metode pengobatannya yang bersifat fisik
dan metafisik. Metafisika (ilmu gaib) di Indonesia berkembang dari
kehidupan sosial-budaya dan agama serta aliran kepercayaan (kebatinan) dengan
fenomena cukup beragam. Semuanya diperoleh dengan latihan-latihan
tertentu, dimana alam metafisik atau alam gaib itu dapat merasuk ke dalam tubuh
yang terdiri dari unsur jasmaniah, unsur akal dan unsur ruhaniah.
Islam jelas
sumbernya dari Al Qur’an dan Al Hadist, sedangkan
perdukunan sumbernya bisa bermacam-macam, dari puasa, meditasi, bertapa atau
datang sendiri (tiban) serta adanya barang-barang gaib seperti keris,
permata dan sebagainya. Sukar untuk membedakan antara yang benar dan yang batal
karena sama-sama mujarab atau dapat menunjukkan dan menyembuhkan segala
penyakit. Seperti sulitnya membedakan antara anak hasil Nikah (benar
menurut agama) dan anak hasil Zinah (salah menurut
agama/suruhan setan/iblis), sehingga kelihatannya hampir sama.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan
Seni dewasa ini telah mengalami kemajuan yang demikian pesat. Sehingga masa
kini disebut pula sebagai abad modern dan era global atau abad keterbukaan
akibat kemajuan teknologi informasi.
Hasil-hasil teknologi yang menunjukkan
perkembangan tersebut ternyata berdampak pada pola perilaku hidup manusia.
Banyak orang yang yang ternyata berkeinginan serba “cepat”, “mudah”, dan “murah”
dalam segala hal adalah keniscayaan. Namun demikian ternyata ”kemudahan” dan
“kemewahan / kemegahan” yang ditawarkan tersebut tidak selalu bisa dinikmati
atau menghasilkan kenyamanan, keamanan, dan kesehatan, terutama adanya hambatan
dalam mengadopsi IPTEKS baru tersebut seperti adat-budaya, psikologis atau pola
hidup kebiasaan tertentu pada sekelompok masyarakat.
Ditinjau dari aspek limbah teknologi, baik
berupa sisa material proses pabrikasi, yang dapat dilihat secara kasat mata,
maupun dampak operasionalnya yang bisa menimbulkan gelombang-gelombang
frekuensi tinggi sehingga dapat menggangu navigasi penerbangan
dan bioritmik pemakainya, serta makhluk hidup lain
disekitarnya.
Perubahan pola perilaku manusia sebagai dampak
dari kemajuan teknologi cukup signifikan. Manusia kini sibuk dengan dirinya
sendiri (individual) dan teknologi telah menjadi “mainan”, yang digandrungi
dari anak-anak hingga orang tua. Interaksi sosial yang dulu intens dilakukan
secara langsung dan total dimana seolah ada suatu ikatan emosional didalamnya
terutama pada area publik. Kini sebagaian besar nilai-nilai telah bergeser
menjadi area tertutup (privat) dan bersifat parsial serta bersifat profit
oriented. Hal ini dimungkinkan dengan adanya teknologi komunikasi,
diantaranya adalah internet, handphone selular, dan lainnya.
Sumber :